MENYIKAPI ZAMAN BUKAN KORBAN ZAMAN


Tanya:
Assalamu’alaikum, Saya ibu rumah tangga dengan 4 orang anak, Gus.. dulu waktu saya remaja perasaan ‘ndak pernah kenal yang namanya hari kasih sayang atau Valentine day, sebenarnya apa sih Valentine itu? Ada nggak dalam Islam? Kalau yang saya tau katanya itu budaya barat punopo leres Gus.. saya hanya niteni anak-anak saya, kok mereka semangat banget merayakan hari yang satu ini, tolong permasalahan ini diangkat sebelum tanggal 14 Februari agar hati saya tenang, dan bisa menjadi bahan untuk menjelaskan kepada anak-anak saya kalau memang perayaan hari ini tidak sesuai dengan Syari’at Islam dan minimal saya bisa menjaga mereka dari hal-hal negatif yang kadang berbuntut perbuatan yang asusila, sekian terima kasih, Wassalam. Dari Ibu Nurul Aini Purworejo.

Jawab:
Wa`alaikum salam wa rahmatullah, Ya.. ibu Nurul tidak usah ‘gumun dengan kecepatan laju pola kehidupan remaja sekarang ini, tak jarang kita menemukan istilah-istilah atau kegiatan baru yang gaul katanya, tapi itulah kenyataannya yang terjadi sekarang dan akan terus berkembang yang harus kita waspadai bersama. Ironis memang, di saat identitas Islam sebagai agama kasih sayang mulai dipandang sebelah mata oleh dunia, Lha! justru generasi Islam sendiri malah mencaplok kebudayaan orang lain, bahkan seringkali mengabaikan esensi di balik ceremonialnya, dalam Islam sebenarnya sudah mengenal cara mengungkapkan kasih sayang, bisa jadi generasi penerus Islam sendiri yang mulai tidak PeDe dengan atribut Islam yang mereka kenakan, atau barangkali benar-benar tidak memahami bahwa Islam adalah Rohmatan lil `Alamin.

Alangkah baiknya sebelum menyikapi perilaku anak-anak ibu, saya sedikit menuturkan sekelumit sejarah dibalik perayaan Valentine day, sebagai bahan pijakan, minimal nantinya bisa menjadi bahan pertimbangan, apakah layak -dengan tanpa sadar- umat Islam ikut-ikutan meramaikan sesuatu yang belum jelas nilai plus minusnya dalam kehidupan beragama.

Ibu Nurul perlu tahu, ada beberapa versi legenda Valentine day menjadi hari yang paling ditunggu-tunggu terutama kaula muda ini, satu diantara yang paling masyhur adalah kisah seorang pendeta Katholik di Roma Italia bernama Santo Valentinus, yang hidup sekitar abad ke 2 M, pada saat itu tampuk kekuasaan dipegang Kaisar Claudius II yaitu seorang Kaisar yang menganggap pemuda yang belum menikah memiliki performa yang tinggi disaat berperang, maka sang Kaisar membuat kebijakan melarang seluruh pemuda untuk menikah demi terciptanya barisan tempur yang handal.

Santo Valentinus bersama rekannya Santo Marius diam-diam menentang peraturan sang Kaisar, mereka tetap menikahkan setiap pasangan muda-mudi yang bertekad mengarungi kehidupan dalam ikatan pernikahan, tapi sayang aksi ini kemudian terdengar sampai telinga sang Kaisar, sehingga menyeretnya ke tiang gantungan, kematian Valentinus inilah momentum awal perayaan Valentine day. Hari yang diistemawakan oleh orang-orang Katholik sebagai bentuk penghormatan terhadap perjuangannya menyatukan cinta dua anak manusia menuju jenjang pernikahan.

Perjuangan sang Valentinus ini kemudian oleh Paus Gelasius 200 tahun setelah peristiwa itu, diresmikan sebagai hari memperingati kematian Santo Valentinus yaitu pada 14 Februari 496 M dan terus diperingati sampai sekarang. Bahkan beragam cara yang mereka lakukan untuk memeriahkan hari yang -menurut mereka-  istimewa ini, ada yang sekedar memberi coklat atau memberikan bingkisan boneka bernuansa Pink sampai cara yang benar-benar tidak lazim seperti yang terjadi di Filipina yaitu ciuman yang dilakukan oleh 6124 pasangan secara bersamaan.

Dari sekelumit kisah di balik Valentine day, paling tidak ibu bisa menjadikannya sebagai acuan bagi generasi kita sekarang ini, bahwa sebenarnya hari yang mereka katakan sebagai hari kasih sayang tiada lain adalah peringatan kematian seorang pendeta Katholik, dan sayangnya sebagian besar di antara kita tidak mengetahui latar belakang sejarah ini, yang mereka tahu hanya hari Istimewa dan menjadi moment yang tepat untuk mengungkapkan rasa cinta. Saya kira, kalau hanya berdalih ungkapan “kasih sayang,” kenapa harus mengadakan pesta besar-besaran dengan lawan jenis yang kadang ujung-ujungnya melakukan kemaksiatan dengan memasang lebel “Atas nama cinta,” dan lagi-lagi kenapa mesti cinta jadi kambing hitam? 


Dalam Islam memang dikenal istilah kasih sayang, tapi bukan hari kasih sayang seperti yang ada sekarang ini. Bahkan kalau menurut saya, perayaan Valentine day sebagai hari kasih sayang -karena diadopsi dari budaya barat- malah menumbuhkan prilaku-prilaku yang jauh dari nilai Islam. Latar belakang kebudayaan barat yang bebas dan fulgar melekat begitu kuat dalam perayaannya. Islam mengenal toleransi terhadap agama lain tapi Islam mengatur pula batas-batas pengamalannya, tidak semua yang mereka anggap baik kemudian boleh kita kerjakan, karena bagaimanapun merayakan Valentine day berarti pula menyemarakkan kematian seorang yang mereka anggap suci (pendeta).

Makanya, setelah mengetahui latar belakang Valentine day, kita umat Islam tidak boleh melebihi batasan-batasan yang sudah diatur oleh syari’at, catatan yang paling penting adalah kenyataan bahwa Valentine merupakan Da’bul Kuffar (kebiasaan orang non muslim) dan merupakan bentuk penghormatan atas kematian pendeta mereka, mengutip pendapat `ulama yang menyatakan bahwa:
حَاصِلُ مَا ذَكَرَهُ اْلعُلَمَاءُ فِى التَّزَيىِّ بِزَيِّ اْلكُفَّارِ أَنه إِمَّا أَنْ يَتَزَيىَّ بِزيِّهِمْ مَيْلاً إِلى دِيْنِهِمْ وَقَاصِدًا التَّشَبُّهَ بِهِمْ فِى شِعَارِ اْلكُفَّارِ أَوْ يَمْشِيَ مَعَهُمْ إِلى مُتَعَبِّدَاتِهِمْ فَيَكْفُرُ بِذَالِكَ بِهِمَا، وَإِمَّا أَنْ لاَ يَقْصُدَ كَذَالِكَ بَلْ يَقْصُدُ التشَبُّهَ بِهِمْ فِى شِعَارِ اْلعِيْدِ أَوْ التَّوَصُّلِ إِلى  مُعَامَلَةٍ جَائِزَةٍ مَعَهُمْ فَيَأْثَمُ وَإِمَّا أَنْ يَتَّفِقَ لَهُ مِنْ غَيْرِ قَصْدٍ فَيَكْرُهُ كَشَدِّ الرِّدَآءِ فِى الصَّلاَةِ 
 “Kesimpulan dari pernyataan `ulama tentang beratribut dengan atribut orang-orang non Islam adalah, jika didasari adanya rasa suka kepada agama mereka dan bertujuan untuk bisa serupa dengan mereka dalam syi`ar-syi`ar kafir atau agar bisa bepergian bersama mereka ke tempat-tempat peribadatan mereka, maka dalam dua hal tersebut orang itu menjadi kafir. Namun jika tidak punya tujuan seperti itu, yakni hanya sekedar bisa menyerupai dalam syi’ar-syi`ar hari raya, atau sebagai media agar bisa bermuamalah berhubungan dengan mereka dalam hal-hal yang diperkenankan, maka ia hanya berdosa, atau meniru dengan atribut orang kafir tanpa suatu tujuan apapun, maka hukumnya makruh seperti mengikat selendang/sorban dalam Sholat.” (Fatawi Kubro dan Bughyah al-Mustarsyidin pada bab riddah)

Kalau orang Islam merayakanya dengan maksud menghidupkan kebudayaan orang kafir atau memulyakan pendeta tersebut sebagaimana layaknya kita memperingati maulid nabi Muhammad saw. Maka sudah dikategorikan condong terhadap agama mereka dan ini  mendatangkan kekufuran, akan tetapi ketika merayakannya dengan maksud mengikuti kebudayaan orang barat dengan meramaikan Valentine day, maka tidak sampai mendatangkan kekufuran akan tetapi hukumnya haram dan berdosa, mengingat hari tersebut merupakan kebesaran orang nasrani. Dan kalau sekedar untuk menyikapi zaman atau karena umumnya tren anak muda zaman sekarang, dan tidak bersinggungan sama sekali dengan keyeqinan atau aqidah, maka tidak mendatangkan keharaman dan kekufuran, selama tidak disertai perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama Islam. Baiknya merujuk pada satu ungkapan sederhana nabi:
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُم
“Barang siapa yang menyerupai suatu golongan, maka ia termasuk golongan itu”

Semoga bisa diterima, Wallahu A’lam