“Izinkan aku untuk berzina!..”

Alkisah, tiba-tiba datang seorang pemuda menghadap Rasulullah. Namun ia tidak serta merta bicara. Ia terdiam membisu, ia tampak gugup dan malu-malu. Ada semacam perasaan canggung terlihat di wajahnya yang capek. Tetapi, entah kenapa. Ia kemudian membuka mulut dan tanpa tedeng aling-aling mengutarakan apa yang ia pendam, “ Ya Rasulullah, izinkanlah aku untuk berbuat zina!” kontan saja para sahabat yang ada di majlis terperanjat kaget, termangu dan dan nyaris tidak percaya atas ucapan sang pemuda. Maka para
sahabat yang ada di dekat Rasulullah marah. Karena tersulut emosi, mereka ingin menampar si pemuda itu. Apalagi si pemuda itu datang dengan lancang seolah-olah tidak tahu mengenai larangan dan perintah Allah yang sudah diwahyukan kepada rasulullah.

Tetapi berbeda dengan para sahabat nabi yang dilanda amarah, Rasulullah ternyata tidak ditikam amarah. Nabi justru menghadapinya dengan murah hati dan bijak. Beliau bertutur penuh hikmah. “Wahai anak muda, apakah sebenarnya yang kau inginkan?” Dengan jujur pemuda itu kembali mengutarakan kejolak hati yang menjadi beban pikirannya. Dia sepertinya tidak kuasa manahan nafsu, ia sungguh tergiur berbuat dosa meski ia tahu seberapa besar dosa yang harus ditanggungnya, “Ya Rasulullah, izinkanlah aku untuk berbuat zina!”

Ketika Nabi tahu bahwa keinginan pemuda itu sudah benar-benar tak lagi bisa dicegah dan sudah tidak punya rasa malu karena mengutarakan di depan umum, Nabi pun berpikir. Beliau diam sejenak. Ia tidak memberikan izin jiga tidak melarang keras perbuatan zina yang diinginkan pemuda yang lancang tersebut. Justru, Rasul kembali bertanya dengan perkataan yang penuh kelembutan. “Wahai anak muda, sukakah kamu kalau seandainya perbuatanmu itu menimpa ibumu?” Sang  pemuda yang kurang sopan itu pun dengan tegas menjawab, “Tentu saja saya tidak ingin, ya Rasulullaah!”

Apakah kamu senang seandainya perbuatanmu itu terjadi atau menimpa pada saudara perempuanmu?” pemuda itu, lagi-lagi terhenyak dan terpana karena nyaris ditimpa kebingungan dengan pertanyaan Rasulullah itu. Meski demikian, tanpa ragu-ragu, dia menjawab keras.
“Tak ingin ya Rasulullah!”
“Apa kamu ridha bila perbuatanmu itu menimpa atau dilakukan saudara ibumu atau saudari ayahmu?”
“Tentu saja tidak, Ya Rasulullah!”
“Yang kamu zinai itu adalah ibunya orang, bibinya orang dan saudaranya orang,” ucap Rasulullah. Pemuda itu pun tersadar, “Ya Rasul, mulai sekarang aku tidak akan berzina lagi.”

Rasulullah kemudian mendoakan sang pemuda itu agar dapat menjaga nafsunya yang menggelora, karena nafsu seksnya itu bisa menjerumuskannya lebih hina. Usai Rasulullah mendo’akannya, tak berapa lama kemudian ia keluar dari majelis. Saat keluar ia berkata, “Tak ada seorang pun di dunia ini yang lebih aku cintai daripada Rasulullah saw.”[]