Batas kesabaranku

Kisah ini dituturkan oleh syekh Abdur Rozaq dari Jabir ra. Satu kisah yang terjadi pada masa pemerintahan Umar bin Khathab ra. beliau adalah salah satu tokoh besar Islam yang tidak pernah bosan untuk terjun langsung meninjau keadaan rakyatnya dan dengan tanpa canggung dia masuk ke daerah-daerah terpencil wilayah kekuasaannya.


Satu saat dalam peninjauannya, beliau melewati rumah seorang wanita yang sedang meratap kesepian karena sekian lama ditinggal sang suami berjihad si medan perang, untaian syair yang mewakili galaunya hati dalam menahan gejolak untuk mendapatkan kebahagian layaknya sebagai istri dalam sebuah keluarga, demikian ungkapannya:
تَطَاوَلَ هَذَا الَّليْلُ وَاسْوَدَّ جَانِبُهُ   وَطَالَ عَلَيَّ اَنْ لاَ خَلِيْلَ الاَعِبُهُ
وَاللهِ  لَوْ لاَ خَشْيَةَ  اللهِ وَحْدَهُ    لَحُرِّك َ مِنْ هَذَا السَّرِيْرِ جَوَانِبُهُ
وَلَكِن ْ رَبِّى  وَاْلحَيَاء َ يَكُفُّنِى    وَاَكْرِم ُ بَعْلِي  اَنْ تُطَأَ  مُرَا كِبُهُ
“Malam memanjang, seiring gelap gulita sekitarnya
Lama ku rasa tanpa kekasih bercengkrama
Demi Allah, kalau bukan karena takut kepada Allah Yang Esa
Pastilah kaki-kaki ranjang ini menjadi terguncang
Tapi Tuhanku dan rasa malu senantiasa menjagaku
Ku hormati suamiku, agar kudanya tidak diinjak orang.”

Mendengar gubahan syair yang menyayat hati ini, Umar ra. kemudian mencari informasi tentang wanita itu, saat ditemui sempat terjadi perbincangan menarik antara keduanya. Umar bertanya, “ Ada apa denganmu?” wanita itu menjawab, seraya berkata: “Wahai amirul mu’minin, engkau memberangkatkan suamiku berbulan-bulan lamanya, sungguh aku tak kuasa menahan gejolak dalam dada ini!” kemudian Umar menimpali, “Apakah kamu akan berbuat kejelekan?”, “Aku berlindung kepada Allah swt.” demikian wanita itu menjawab, lalu Umar memberi nasihat, “Kuasailah gejolak dalam dirimu, sementara aku akan menarik suamimu dari medan laga”, kemudian Umar mengirim utusan untuk memanggil orang yang dimaksud agar kembali ke rumahnya.

Pada saat itu Umar ra. langsung menuju rumah putrinya Hafshah untuk menanyakan sesuatu yang berkaitan dengan masalah yang dia hadapi ini, beliau bertanya: “Wahai anakku, aku bertanya kepadamu tentang masalah yang membuat aku susah, beritahukan kepadaku berapa lama seorang istri dapat bersabar menanti kedatangan suaminya pergi?” mendapatkan pertanyaan ini Hafshah tertunduk malu, kemudian Umar menambahi, “Sesungguhnya Allah swt. tidak malu sama sekali dalam menjelaskan kebenaran!” mendapat peringatan ini kemudian dengan tangannya Hafshah memberikan isyarat bahwa seorang istri dapat bersabar sampai tiga atau empat bulan.

Mendapat kejelasan dari putrinya, kemudian Umar ra. menetapkan bahwa ekspedisi perang jihad tidak boleh melebihi dari empat bulan, demi melindungi kehormatan dan kemashlahatan wanita dan umat Islam pada umumnya.